Metode Mengaktifkan Kembali Jatidiri yang Sejati (Rasa) dan Abadi (Ruh) dalam Hidup dan Kestabilan (Raga) dalam Kehidupan

Oleh Iskandar Juarsa

ALLAH SWT telah membeirkan ke-Maha Kuatan dan Kuasaan-Nya secara fakta data yang nayata pada sejarah diciptakannya diri manusia menjadi sangat esensi untuk dikaji secara totalitas melalui pandangan hidup dan kehidupan yang hakiki pasti, utuh menyeluruh, agar tidak terbiaskan oleh kepentingan kehidupan yang negative, sempit yang bertumpu pada kehidupan yang terjepit oleh kemusrikan dan kekufuran diri pada ALLAH, dan pada kehidupan dengan sesama manusia dan makhluk ALLAH lainnya.

Ketika ALLAH menciptakan manusia untuk hadir dalam hidup dan kehidupan dialam batiniyah dan lahiriyah, maka kehadirannya tidak sekaligus Rasa, Ruh dan Raga, namun secara bertahap melalui alam transit yaitu alam Rahim yang ALLAH tempatkan pada seorang wanita yang diberikan keistimewaan oleh ALLAH memiliki ketawaqalan yang luarr biasa, dimana peristiwa terjadinya menerima transit Rasa, Ruh dan Raga, mengalami gejolak pada tubuh seorang wanita sangat dahsyat melebihi dari goncangan gempa bumi, badai, dan peristiwa alam lainnya, betapa sulit seorang wanita yang akan meningkat menjadi seorang ibu, untuk menghindari perubahan pada badannya ketika akan menerima kehamilan yang ditakdirkan oleh ALLAH, pada saat Rasa, Ruh dan Raga calon bayi bertransit dirahimnya, karena ketika Rasa dan Ruh menjalin komunikasi dialogis dengan makhluk-makhluk ALLAH yang ada di rahim untuk membentuk tubuh mengalami perubahan-perubahan yang cukup ekstrim, perubahan dari kondisi panas ke dingin atau sebaliknya, dari normal ke mual, dari sehat menjadi terasa sakit di sebagian tubuh dst, peristiwa seperti ini tidak akan sanggup kalau dijalankan oleh seorang laki-laki atau pria yang bakal menjadi calon bapak.

PERISTIWA TRANSITNYA RASA, RUH DAN RAGA

ALLAH SWT memerintahkan Rasa calon manusia yang akan dijinkan untuk hadir ke dunia setelah ada permohonan dari pasangan yang akan menjadi calon isteri suami, yang kelak akan menjadi bapa dan ibu yang akan menyanggupi untuk menerima amanah dan titipan ALLAH, agar dipelihara untuk menindak lanjuti perjuangan hidup dan kehidupan dimasa-masa berikutnya, Rasa calon seorang bayi dihadirkan oleh ALLAH SWT pada pasangan pria – wanita yang akan menjadi calon isteri – suami, dalam masa penjajagan dan penyesuaian untuk bisa saling beraslih (silih asah, asih dan asuh), ketika satu sama lain saling berlitaaruf (berkenalan), Rasa calon bayi yang akan diamanahkan dan dititipkan oleh ALLAH, mensupport dan memacu keduanya untuk menerima taqdirullah, memasuki jenjang kehidupan fase kedua yaitu kehidupan berumah tangga, yaitu kehidupan yang memiliki tahapan-tahapan, dimana tahap pertama kehidupan bertawakal, tahap kedua kehidupan bertaqwa, tahap ketiga kehidupan bertawadlo, tahap keempat kehidupan beristiqomah, tahap kelima kehidupan ber-Mardlotullah, tahap keenam kehidupan ber-Mahabatullah dan tahap ketuju kehidupan yang ber-Ma’rifatullah, apa yang dilakukan oleh Rasa calon bayi menjadi semangat untuk menjalin keduanya, memperjuangkan diri untuk menerima taqdirullah memasuki jenjang pernikahan, setelah berhasil perjuangan yang dilakukan oleh Rasa calon bayi, selanjutnya memohon kepada ALLAH untuk diberi pendamping dan sahabat, pada saat itu juga ALLAH memerintahkan Ruh calon bayi hadir mendampingi Rasa, Ruh dan Rasa calon bayi memotivasi isteri –suami untuk menjalin hubungan biologis, untuk menerima taqdirullah yang akan menghadirkan sahabat keduanya yaitu Raga, pasca hubungan biologis suami –isteri, kemudian Rasa dan Ruh bersyahadat kepada ALLAH alias bersumpah kepada ALLAH untuk bertauhid (bersatu) dan bertasauf(mendekatkan) diri hanya kepada ALLAH SWT saja, dengan mengamalkan Syahadat kepada ALLAH, maka Rasa dapat menjalankan ke-Maha Kuatan ALLAH dan Ruh dapat menjalankan ke-Maha Kuasaan ALLAH, kemudian Rasa dan Ruh ini menjalin amal bersama untuk melakukan proses persahabatan dengan Raga, melalui jalinan komunikasi dialogis yang dilakukan oleh Rasa dan Ruh dengan komponen yang akan membentuk Raga, diantaranya dengan Api (fosfor) untuk membentuk tulang, Angin untuk menghimpun oksigen yang dibutuhkan, Air untuk mengalirkan darah, Tanah untuk membentuk tubuh menjadi daging, unsur tanaman, dan khewan.

Pembentukan tubuh seorang bayi di alam rahim, yang dilakukan oleh Rasa dan Ruh adalah untuk melaksanakna Ibadah pada ALLAH dan Amaliyah dengan sesama makhluk ALLAH lainnya yang ada di alam rahim seorang calon Ibu pemegang amanah dan titipan dari ALLAH, proses kerja Rasa dan Ruh ketika menjalin komunikasi dialogis dengan Api, Angin, Air, Tanah, unsur Tanaman dan Khewan berbasis pada Ikhlas-Nya ALLAH dan Fitrohnya Nabi Muhmmad saw, kesidiqan, kesucian dan kemunian unsur Api, Angin, Air, Tanah, unsur Tanaman dan Khewan pada saat membentuk tubuh yang berupa tulang, daging, darah dan terhimpunnya oksigen tidak menimbulkan adanya kendala dan masalah, sehingga kesulitan yang menghambat dan menghalangi serta penyakit yang akan memjadikan gagal praktis tidak ada sama sekal, hal ini terjadi akibat dari kedua calon orang tua bayi yang menopang dengan Ikhlas dan Fitroh, Ikhlasnya kedua calon orang tua bayi itu tidak lain secara totalitas bertauhid(memastikan diri) hanya kepada ALLAH saja, kepastian akan menerima bayi sebagai amanah ALLAH, karena hanya ALLAH yang menciptakan bayi yang diamanhkan, dan Fitrohnya karena bertasauf (meyakinkan diri) hanya kepada ALLAH, keyakinan menerima bayi sebagai titipan ALLAH, sebab bayi yang dititpkan itu milik ALLAH yang diijinkan untuk menjalankan hidup dan kehidupan bdersama-sama dengan kedua orang tuanya.

Oleh sebab itu ALLAH memberikan ke-Maha Kuatan dan ke-Maha Kuasaan kepada kedua orang tua bayi, bekal untuk dapat memelihara bayi sebagai anak yang merupakan Amanah dan Tiipan ALLAH, ketika kedua orang tua ini senantiasa mengalirkan Mardlotullah kepada anaknya dengan berbasis pad Rohman Rohim-Nya ALLAH, maka ALLAH akan menjadikan anak itu penindak lanjut perjuangan kedua orang tuanya yang selalu berauhid dan bertasauf kepada ALLAH, dalam menjalankan Ibadah kepada ALLLAH dan Amal dengan sesama manusia dan makhluk ALLAH lainnya, maka anak menindak lanjuti perjuangan kedua orang tuanya, dalam menjalankan hidupnya senantiasa ibadah hanya ditujukan kepada ALLAH untuk memelihara pertolongan dengan bertauhid Rasa kepada ALLAH, dan kehidupannya selalu beraamal dengan hanya berharap kepada ALLAH akan diberikan kekuatan berupa Ilmu yang hanya dimiliki oleh ALLAH, kekuasaan berupa potensi (kemampuan/skill), yang hanya ALLAH yang dapat memberikan, hal seperti ini hanya ada pada anak yang soleh dan solehat yang diberi hak oleh ALLAH untuk menerima waris berupa amal jariah yang benar dan baik menurut ALLAH, yang berguna untuk dirinya dan bermanfaat untuk orang lain dan ilmu yang berguna untuk meningkatkan ketauhidan dan ketasaufan dirnya pada ALLAH.

Uraian yang terpaparkan diatas merupakan substansi yang hakiki dari kesejatian bertauhidnya Rasa pada ALLAH, yang menumbuhkan poses produktifitas kinerja Rasa yang Ikhlas   pada diri manusia dan keabadian bertasaufnya Ruh pada ALLAH, yang menampilkan proses produktifitas kinerja Ruh yang Fitroh, kesejatian Rasa dan keabadian Ruh ini berorientasi pada kesejatian dan keabadian mengamalkan Syahadat sebagaimana Rasa dan Ruhnya pemimpin umat Nabiyullah Muhammad Rasulullah, yang tidak pernah putus mengamalkan Syahadat untuk bertauhid dan bertasauf pada ALLAH AJJA WA JALLA.

KESEJATIAN DIRI MANUSIA TERLETAK PADA RASA YANG IKHLAS

ALLAH SWT menempatkan Rasa manusia di alam Bathin, dimana alam bathin merupakan alam yang paling dekat dengan alam Ilahiyah, tempat ALLAH menyebarkan dan mengalirkan seluruh kewenangan ALLAH yang berkaitan dengan 20 sifat ALLAH yang akan diteladani oleh Rasa dan 99 Asma Allah yang direalisasikan oleh Rasa dalam memimpin dan memberikan teladan untuk mengabdi pada ALLAH secara kaffah (totalitas) pada seluruh makhluk yang diciptakan oleh ALLAH, oleh sebab itu Kitabullah yang berisikan Aturan, Ketentuan dan Hukum ALLAH, diperintahkan dan dianjurkan oleh ALLAH pada manusia untuk dijalankan sebagai bukti pengabdian diri pada ALLAH dan direalisasikan dalam pengamalan ketika melakukan komunikasi dialogis dengan sesama manusia, juga dengan seluruh makhluk yang diciptakan oleh ALLAH.

Aturan ALLAH yang menjadi basis tumpuan Rasa bertauhid secara mutlak pada ALLAH adalah Naqli, kebersatuan Rasa dengan ALLAH tidak dapat terpisahkan oleh apapun menjadi basis yang paling utama untuk bertauhid kepada ALLAH secara Mutlak, pedoman ketentuan Rasa bertauhid pada ALLAH adalah Rukun Ikhsan, pedoman keteladan Rasa untuk menteladani ALLAH, hanya Sunnatullah yaitu Al Qur”an.

Intergrated Method and System pada Aturan, Ketenttuan dan Hukum yang dijalankan Rasa, menjadikan kesejatian diri yang dibangun oleh Rasa untuk diteladankan pada Ruh dan Raga, agar Ruh menjalankan Aqli, Rukun Iman dan sunatul Rasul yang tertuang pada Hadist secara terpadu bermetode dan sistematis, begitupula Raga ketika melaksanakan Adi, Rukun Islam dan Sunatul Auliya ALLAH yang ada pada Manaqib atau Riwayat Hidup.

Kesejatian diri yang dibangun dan dikelola oleh Rasa menjadi fondasi yang kuat yang diproses oleh Rasa dengan IKHLAS untuk membangun ketasaufan Ruh pada ALLAH yang sangat konsekwen dan konsisten, pada saat Ruh menjalankan keyakinan untuk menerima ke-Maha Kuasaan ALLAH, sehimgga gerakan yang dilakukan oleh Ruh pada seluruh organ tubuh menjadi gerakan yang sinkron, sistematis, harmonis dan serasi.

Nurullah yang Maha Sejati mengalir pada Rasa, tidak dapat dihalangi dan dikalahkan oleh sinar apapun, seperti sinar matahari dan sinat lampu, tidak terganggu oleh gelap dan terangnya alam, dst, pancaran Nurullah pada Rasa , menjadikan Rasa memiiki kesejatian diri yamg hakiki yamg ditetapkan oleh ALLAH SWT, sehingga bisa mengintegrasikan system kerjasama dengan Ruh dan Raga, menghasilkan Sinkronisasi dan Harmonisasi gerakan Ruh dan menumbuhkan Ketenangan dan Kebahagiaan pada Raga, menjalin komunikasi dialogis dengan ALLAH SWT, Rasa dan Ruh para Nabi dan Rasul, para Sahabat, Tabiit-Tabiin, Waliyullah, Ulama serta Mukhsinin-Mukhsinat, Mu’minin – Mu’minat, Muslimin- Muslimat juga dengan seluruh makhluk ALLAH lainnya.

KEABADIAN DIRI MANUSIA TERLETAK PADA RUH YANG FITROH

Ruh adalah merupakan partner ibadah Rasa yang konsekwen dan konsisten yang ditaqdirkan oleh ALLAH SWT, dan diposisikan oleh ALLAH di alam Ruh atau alam Malakut/Malaikat, keabadian Nur Muhammad yang mengalir pada Ruh, menghasilkan kefitrohan yang mendasari proses kerja sama Ruh dengan Raga dalam melakukan amaliyah dengan sesama manusia dan makhluk ALLAH lainnya, produktifitas kinerja yang mengedepankan kesucian dan kebersihan dalam beramal menjadi karakter Ruh yang abadi, yang tidak akan berubah dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun, proses komunikasi dialogis yang berbasis Ilahiyah pada kemanusiaan yang beradab sangat diteladankan oleh Ruh tehadap makhluk ALLAH, baik yang ada di sekitar intern organ tubuh dan badan maupun ekstern tubuh dan badan.

Aqli, Rukun Iman dan sunatul Rasul yang tertuang pada Hadist merupakan pedoman yang paling utama dijadikan referensi berproduktifitas kinerja pada saat RUH melakukan aktifitas amaliyah bersama-sama dengan Raga, dengan konsisten dan konsekwen Ruh menggerakan seluruh organ tubuh yang ada di Raga dengan gerakan yang suci dan bersih (fitroh), sehingga menghasilkan sehat dan kesehatan pada badan alias Raga, hal ini menunjukkan bahwa Ruh diberi kekuasaan yang abadi oleh ALLAH SWT, secara berkesinambungan sampai batas akhir yang telah ditentukan oleh ALLAH SWT.

Nur Muhammad yang diperkenankan oleh ALLAH, untuk mengalir pada Ruh secara abadi, pada saat beramal bersama-sama dengan Raga atau setelah keluar dari Raga, posisi Ruh sangat strategis, ketika Ruh bersama-sama dengan Rasa, Ruh melakukan gerakan ibadah kepada ALLAH dengan Rasa, begitupula deengan Raga, Ruh melakukan gerakan amaliyah bersama-sama dengan Raga, oleh sebab itu gerakan Ruh adalah gerakan Abadi yang menjadi jatidiri Ruh yang memiliki basis gerakan yang Fitroh.

KESTABILAN DIRI MANUSIA TERLETAK PADA RAGA YANG JUJUR

Ketauhidan (kebersatuan) Rasa dengan ALLAH, menumbuhkan kepastian pada Raga, ketasaufan (kedekatan) Ruh pada ALLAH menghasilkan keyakinan pada Raga, kejujuran Raga yang menjadikan Rasa sebagai penggerak yang pasti dan Ruh yang melakukan gerakan yang meyakinkan, maka kesetabilan realisasi menjalankan kehidupan akan berada dalam kepastian dan keyakinan, yang insya ALLAH, terhindar dari kendala dan masalah dan senantiasa kejujuran menjadi karakter Raga.

Adi, Rukun Islam dan Sunatul Auliya ALLAH yang ada pada Manaqib atau Riwayat Hidup yang menjadi basis utama untuk dijadikan pedoman dan teladan dalam melakukan produktifitas kinerja Raga dalam melakukan amaliyah bersama-sama dengan Ruh, ketika Raga akan melakukan aktifitas harus diawali dengan pedoman yang ALLAH sampaikan dalam Al Qur’an, Surat Al Jaljalah yaitu WA MAA YAMAL MISQOLA JAROTIN KHOIRU YAROH, awali setiap kali akan melakukan aktifitas dengan sikap yang positif optimis, kemudian Nabi Muhammad saw menganjurkan : AL YAQIN LAA YAJALU BI SAQ, lakukan aktifitas itu dengan keyakinan dan jauhi hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan/khawatir, pedoman ini sangat kuat melekat pada Rasa dan Ruh, maka ketika Raga menjadikannya sebagai basis utama dalam melakukan aktifitas insya ALLAH, amaliyah yang dilakukan akan stabil sehingga hasilnya konstruktif yang produktif postif.

Nur Ibrahim yang akan menjadi basis kejujuran Raga, karena amal yang dilakukan oleh Raga senantiasa mengedepankan proses Ikhlas – Fitroh, yang akan menumbuhkan kestabilan merealisasikan kehidupan secara berkesinambungan, yang menjadikan diri menjadi Khoiru Naas Yanfaulinnas, amaliyah yang selalu berdaya guna dan berhasil guna, yang akan diwariskan pada generasi berikutnya sebagai penerus tidak lain adalah Amal yang berguna buat diri dan bermanfaat untuk siapapun yang mengalir terus tanpa berhenti, Ilmu yang didapat dari ALLAH berguna buat diri dan bermanffat untuk orang lain yang akan melanjutkan perjuangan beribadah dan beramal.

METODE PENGEMBALIAN KESEJATIAN, KEABADIAN DAN KESTABILAN

ALLAH SWT telah memerintahkan dan menganjurkan untuk memproses produktifitas kinerja Rasa dengan IKHLAS, Ruh dengan FITROH, dan Raga dengan JUJUR, agar menghasilkan kondisi hidup yang sejati dan abadi, situasi kehidupan yang stabil, sehingga komunikasi dialogis yang dilakukan di alam transit yaitu alam rahim dengan unsur Api dapat membentuk tulang, unsur Angin dapat menghimpun oksigen, Air dapat mengalirkan darah, dan Tanah dapat membentuk daging, menghasilkan organ tubuh yang lengkap dan bentuk tubuh yang sempurna, terjadinya penyusunan organ tubuh dan pembentukan tubuh didasarkan pada konsisten Rasa, Ruh dan Raga bertawadlo dan beristiqomah pada 3 Aturan ALLAH : Naqli, Aqli dan Adi, 3 Ketentuan ALLAH : IKhsan, Iman dan Islam dan 3 Hukum ALLAH : Sunnatullah, Sunatul Rasul dan Sunatul Auliya ALLAH, 3+3+3 sampailah pada 9 bulan untuk bertawadlo dan beristiqomah pada Aturan, Ketentuan dan Hukum ALLAH inilah, akhirnya ALLAH memperkenankan Rasa, Ruh dan Raga yang dibungkus oleh organ tubuh dan tubuh yang sempurna yang disebut BAYI (Binalah Akhlak Yang Insani), untuk lahir alias pindah dari alam transit (Rahim) ke alam dunia (lahiriyah), untuk menjalankan tugas hidup menjalankan Ibadah dan kewajiban kehidupan melaksanakan Amaliyah.

Setelah lahir ke alam dunia/lahiriyah, Ikhlanya Rasa, Fitrohnya Ruh dan Jujurnya Raga, mulai terkontaminasi dan terpoulsikan oleh kebiasaan nafsu yang menjadi landasan hidup dan kehidupan yang dijalankan oleh orang tuanya dan orang lebih dahulu lahir ke alam lahiriyah, Rasa ditutupi oleh Nafsu Lawammah yang musyrik pada ALLAH, serakah dengan sesama manusia dan makhluk ALLAH lainnya, Ruh terhijan oleh Nafsu Amarah yang kufur pada ALLAH dan sombong terhadap sesama manusia dan makhluk ALLAH lainnya, Raga tergantikan oleh Nafsu Khewani yang munafik pada ALLAH, berprasngka jelek terhadap sesama makhluk. Akumulasi tertutupnya Rasa, terhijabnya Ruh dan tergantikannya Raga oleh nafsu-nafsu tersebut diatas, berdampak tidak mengenal Rasa, Ruh dan Raga serta tidak mengakui ALLAH yang Maha Menciptakannya, akibatnya kesejatian Rasa, keabadian Ruh dan Kestabilan Raga, terkubur dan terabaikan.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas, diperlukan metode alias cara alias thoreqat, yang absyah menurut ALLAH SWT, yang telah ALLAH turunkan dan disampiakan pada Nabi Muhmmad saw melalui Malaikat Jibril, kemudian ditindak lanjuti oleh pada Sahabat, Tabiit-Tabiin, Waliyullah dan Ulama ALLAH, dimana para penerus perjuangan Nabi Muhammad saw ini tidak akan membias alias membelot dari Aturan, Ketemtuam dan Hukum ALLAH. Alhamdulilah metode atau cara/thoreqat ini telah kita dapatkan dan sedang dijalankan walaupun masih tersendat dan kadang-kadang terhambat, namun insya ALLAH dengan terus menerus dijalankan dan diamalkan akan mencapai hasil sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, Sahabat, Tabiit-Tabiin, Waliyullah dan Ulama ALLAH.

Metode dzikrullah yang harus djalankan oleh Rasa pada detak jantung dan Ruh pada ubun-ubun, ketika nafas ditahan, metode ini untuk mengembalikan kesejatian Rasa yang selalu bertauhid pada ALLAH, dan keabadian Ruh senantiasa bertasauf pada ALLAH, ketika bernafas, menarik nafas bunyikan ALLAH dalam batin, dan keluar nafas bunyikan HU dakam batin, hal ini untuk memelihara Raga ada dalam kestabilan kepastian dan keyakinan pada ALLAH. LAA TAKHOUF WA LAA TAHJAN INNALLAH MA’ANA, LAA HAULA WA LAA KUATTA ILLA BILAHIL ALIYUL AJIIM.

Tentang Setiawan

Asep Setiawan is a lecturer and professional journalist.
Pos ini dipublikasikan di Al Hikmah dan tag , , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar